Markaz Nizamuddin,
- Tujuan da’wah berhasil jika iman dan amal ada peningkatan.
- Seorang mu’min dalam kegiatan sehari-hari (seperti sholat), bergerak atau tidak merupakan amal.
- Ghas (Jaulah) dibuat sebelum adzan seperti terjadi yang terjadi di Madinah zaman sahabat.
- Peringatkan orang lain tentang adzab Allah untuk perbaikan diri sendiri.
- Da’wah seperti seorang pedagang yang berusaha menawarkan dagangan sebaik mungkin untuk keuntungan diri sendiri.
- Da’wah bukan pidato, harus disertai dengan amal.
- “wa man ahsanu qoulammimmanda’a ilaLLah…” -> qoulan = agama.
- Syetan menghalangi dengan mengatakan “kamu da’wah tapi tidak beramal”, maka kondisi orang tersebut tidak berda’wah dan tetap dalam keadaan tidak beramal.
- “fadzakkir fainnadzdzikra tanfaulmu’miniin” adalah dalil pentingnya beramal secara ijtima’i.
- Amal ijtima’i mencegah dari kelalaian, jika amal fardhu tanpa ijtima’i agama akan rusak.
- Amal ijtima’i bukan sekedar hubungan antar mu’min, tetapi ini adalah perintah Allah.
- Satu-satunya asbab kerusakan umat saat ini karena da’wah ditinggalkan, tidak yakin dengan amal agama sehingga akhirnya menjual agama.
- Kisah-kisah sahabat bukan sekedar cerita lama, tetapi merupakan amalan-amalan yang bisa kita amalkan.
- Hanya dengan da’wah ilaLLah untuk meningkatkan iman.
- Da’wah ilaLLah untuk orang mu’min, bukan untuk orang musyrik -> “Yaa ayyuhalladzima aamanuu hal adullukum….”
- Kalau da’wah kepada orang musyrik disebut da’wah ilal islam.
- Dengan da’wah ilaLLah kita selalu membicarakan kebesaran-kebesaran Allah, pasti akan meningkatkan iman dan amal agama menuju kepada pemurnian tauhid.
- Mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan da’wah (ijtima’i) untuk meningkatkan kualitas amal infirodi.
- Amal infirodi tidak meningkatkan iman, tetapi untuk melengkapi amal, sabda RosuluLLah: “Jaddiduu iimaanakum…” -> kum menunjukkan amal ijtima’i.
- Jika kita sampaikan kalimat “laa ilaaha illaLLah” syirik dalam hati kita akan keluar dengan sendirinya.
- Yakin atas perkara-perkara yang ghoib “… alladziinaa yu’minuuna bilghoib…”.
- Usaha da’wah atas iman akan memperoleh:
1. Istiqomah atas perintah-perintah Allah
- Istiqomah setelah ada ujian dari Allah, tidak ada istiqomah jika tidak diuji.
- Riya’ adalah syirik amal, condong kepada selain Allah.
- Tidak ada karena aku, tetapi karena Allah yang kuasa.
- Mu’jizat nabi, karomah wali adalah perbuatan Allah, diberikan kepada manusia karena kemulaiaan akhlaq dan taqwanya.
- Manusia adalah muhtaj (membutuhkan Allah dalam segala keperluannya).
- Allah tidak suka orang yang berdo’a tetapi belum buat amal.
- Perbedaan do’a dan da’wah, doa -> mohon ke Allah, da’wah -> Allah yang akan memberi.
- Tidak ada kalimat “kebetulan”, semua berlaku atas kudrat / perbuatan Allah.
- Kiamat untuk semua orang (kiamat kubra) akan terjadi jika tidak ada lagi orang yang mengakui segala sesuatu adalah ciptaan Allah.
- Janji Allah hanya ada dalam amal, tidak ada dalam asbab.
- Jika masih percaya dengan asbab, amal akan sia-sia.
- “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” -> Berdoa dahulu baru bekerja.
- Nafikan asbab dengan doa, baru kemudian kerjakan amal dengan hanya bergantung kepada Allah.
- Orang yang lapar untuk Allah tidak akan dihisab pada hari kiamat.
- Sahabat gembira dalam kemiskinannya, mereka sedih dengan kekayaannya.
- Segala sesuatu bisa menjadi ujian melalui asbab.
- orang musyrik / kafir gembira dengan asbab dan tenang dengannya.
2. Yakin dengan janji-janji Allah
- Yakin dengan pertolongan (janji) Allah seperti pertolongan Allah dalam kisah-kisah nabi dan para sahabat.
- Sahabat tidak percaya pada perkara-perkara dzahir, pertolongan Allah datang bukan karena mereka sahabat.
- Sekarang adalah zaman penipuan dengan asbab, seolah-olah pertolongan Allah sudah tidak ada lagi.
- Pertolongan Allah untuk umat akhir zaman 50 (lima puluh) kali dari sahabat, dan ganjarannya 70 (tujuh puluh) kali dari sahabat (muntakhab).
- Kita cerita tentang nusroh Allah kepada para sahabat, tetapi kita tidak yakin nusroh Allah pada kita. Nusroh Allah tidak berhenti.
- Cerita sahabat untuk belajar yakin bukan sekedar sejarah, kita pelajari apa amalan mereka yang menyebabkan nusroh Allah datang.
- Bembira saat bertemu dengan Allah dalam shalat.
- Utamakan amalan daripada asbab. Bukan meninggalkan asbab, tetapi jangan percaya asbab.
- Contoh: Jika mendengar adzan tingalkan segala urusan untuk Allah (surat al-Jumu’ah). Sambut adzan dengan lisan dan perbuatan.
- Contoh: Shalat dua rakaat dahulu baru kemudian kerjakan asbab dengan dzikruLLah.
- Amal taat pada ilmu, amal ma’mum pada ilmu. Jika tidak kama asbab akan menjadi tuhan.
- yahudi dan nasrani menjadikan asbab sebagai tuhan mereka.
- GhoiruLLah tidak pantas disembah, jika alim ulama menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal ini akibat lebih percaya kepada asbab.
- yahudi dan nasrani tahu hukum-hukum Allah tetapi lebih percaya pada asbab.
- Ilmu adalah segala sesuatu yang menjadikan manusia taat kepada Allah, selain itu adalah arts (seni).
3. Ikhlas dalam amal
4. Yakin dengan ganjaran yang diberikan Allah
- Tahapan kerja Maulana Ilyas:
- Membayar gaji orang untuk buat da’wah tetapi tidak berhasil.
- membangun 250 madrasah, tetapi tidak berhasil. Uang habis sehingga sekeluarga kelaparan. Di madrasah “Kasyful ‘ulum” santri, ulama & keluarga sejak itu biasa lapar. Putranya Maulana Yusuf (anak tunggal) kelaparan, mengorek-orek tepung gandum untuk makan, Maulana Ilyas berdo’a (shalat hajat), doa diterima dan sejak saat itu yang datang ke masjid Banglawali tidak pernah lapar.
- Mengajak manusia untuk berkorban dengan harta dan diri di jalan Allah berhasil.
- Maulana Yusuf tiap hari bayan subuh 3 jam denga berdiri hingga akhir hayat. meninggal usia 48 tahun di jalan Allah sesuai dengan doanya. Beliau biasa bekerja keras di da’wah ini, tidak tidur lebih dari 4 – 5 jam perhari.
- (Tambahan dari pentarjim) -> Pikir akhirat seperti membawa mobil, lihat ke depan (akhirat) konsentrasi penuh untuk mencapai tujuan, sekali-kali lihat ke kaca spion (dunia) untuk keseimbangan hidup.
0 komentar:
Posting Komentar