Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Praktis,Higienis,Tepat sasaran

Praktis,Higienis,Tepat sasaran
Klik gambar

PROBLEMATIKA UMMAT

Kita tidak akan menganggap berlebihan orang yang mengatakan bahwa
kita adalah ummat yang terbelakang dalam pentas peradaban dunia, yang
konsumtif dan tidak produktif, mengekor dan tidak kreatif, dan menyerahkan
urusan kita kepada orang lain, serta bahtera kita dikemudikan orang lain ke
arah kepentingan yang ia inginkan.
Para pemikir yang menganalisa sebab-sebab keterbelakangan ini terbagi
menjadi dua kelompok:
1. Kelompok yang menyatakan bahwa penjajahan sebagai biang seluruh
keterbelakangan ummat.
2. Kelompok yang memandang bahwa kebodohan di tengah ummat,
kerusakan akhlak, dan kondisi jumud dalam pemikiran serta keilmuan,
itulah penyebab kehancuran peradaban, kemudian datanglah penjajah
menambah keterbelakangan ini dan mengambil kesempatan di tengah
kelemahan ummat. Kelompok ini meyakini seandainya ummat Islam
menghadapi serangan penjajah dalam kondisi berpegang teguh dengan
dien dan akhlaknya, kreatif dalam bidang ilmu pengetahuan, maju dalam
pemikiran dan peradaban, niscaya penjajah tersebut gagal total dalam
mempengaruhi ummat, bahkan bisa jadi justru merekalah yang terpengaruh
dengan kepribadian ummat sebagaimana terjadi pada pasukan Tatar (Mongol)
dan pasukan Salib.
Sedangkan serangan penjajah Barat yang terakhir sejak awal abad ke-
X Hijriyah dan berlangsung selama empat abad, baru berhasil menguasai negerinegeri
Islam sesudah Perang Dunia I. Negeri-negeri Islam dijajah dengan
menggunakan kekerasan yang paling keji dan dipecah belah menjadi beberapa
kabilah, kelompok, atau negeri kecil. Fikrah Islamiyyah yang merupakan asas
kesatuan ummat pun diperangi, sambil ditanamkan dalam otak pemikir-pemikir
muslim khususnya, dan ummat secara umum, bahwa dunia Timur (Islam) tidak
akan bangkit dari keterbelakangan kecuali bila ummat membuang agama mereka
sebagaimana Barat melakukannya. Dan, peradaban Barat yang "ilmiyah" harus
diterima sepenuhnya, karena di dalamnya terdapat solusi bagi problematika
masyarakat dulu dan kini.
:: Kisah Barat dan Agama
Kekuasaan saat itu ada di tangan gereja, semua tunduk kepadanya,
termasuk para penguasa. Tokoh-tokoh gereja membangun istana keyakinan
mereka di atas kumpulan teori filsafat ilmiah Yunani. Ketika zaman kebangkitan
muncul, dan para ilmuwan mulai melakukan analisa dan uji coba, barulah
mereka mengetahui betapa jauhnya kerancuan teori ilmu dan falsafah gereja
tersebut.
Di sisi lain gereja tidak mungkin menarik kembali keyakinannya, atau
berkompromi, atau menerima kritik obyektif dari para ilmuwan, apalagi menguji
kembali secara ilmiah doktrin-doktrin yang diajarkannya. Bahkan gereja
berkeyakinan bahwa jika asas keyakinan mereka terbongkar kepalsuannya, pasti
seluruh bangunan keyakinan itu akan hancur, dan itu berarti kehancuran agama
Nasrani. Oleh karena itu, mereka memerangi para ilmuwan dengan seluruh
kekuatan yang mereka miliki: memenjarakan, membunuh, dan membakar para
ilmuwan. Maka jurang pemisah antara gereja dan para ilmuwan semakin besar.
Keadaan berpihak kepada para ilmuwan dan tokoh-tokoh pencerahan hingga
akhirnya kekuasaan gereja tersingkir dan runtuh.
Tetapi gelombang perlawanan tidak hanya terjadi pada gereja dan
agama Nasrani saja, melainkan menimpa seluruh agama. Jadilah agama dalam
pandangan mereka kebohongan dan kepalsuan yang bertentangan dengan akal
sehat. Keyakinan agama hanyalah ketundukan buta tanpa dalil dan argumentasi
ilmiah, sehingga tokoh-tokoh agama khawatir dengan kebangkitan ilmu
pengetahuan yang bisa membongkar kepalsuan mereka.
:: Pengaruh yang di Timbulkan
Peristiwa di atas memberikan pengaruh yang sangat besar pada visi
peradaban Barat terutama dalam menciptakan teori filsafat dan teori sosial
sebagai pengisi otak dan jiwa masyarakat yang kosong yang telah ditinggalkan
oleh agama. Di antara pengaruh yang ditimbulkan adalah:
Munculnya pendapat bahwa agama hanyalah urusan hati dan pribadi seseorang,
tidak ada hubungannya dengan masalah sosial, politik, atau ekonomi
sama sekali.
Terus berlangsungnya permusuhan antara agama dengan ilmu, seni, serta
sastra sejak lahirnya masa pencerahan ilmiah, sehingga muncullah peradaban
sekuler yang bebas dari nilai-nilai dan batas-batas.
Jika agama memiliki persepsi tertentu tentang eksistensi manusia, maka
peradaban sekuler pun mencoba membuat persepsi tentang eksistensi
manusia dan alam. Persepsi itu adalah: "Bahwa manusia ada begitu saja di
atas muka bumi, tidak bertanggung jawab kepada siapapun, tidak menerima
arahan dan petunjuk dari siapapun, hanya pengalaman dirinya dan
pengalaman generasi sebelumnya yang menjadi sumber petunjuk hidup."
Adapun keberadaan manusia dan keterikatannya dengan alam dan
kehidupan, maka peradaban hari ini memiliki persepsi dan teori filsafat
tentangnya berdasarkan pada dua hal:
1. Bahwa kehidupan adalah materi, manusia tidak boleh percaya dengan
sesuatu di luar hukum sebab-akibat atau uji coba ilmiah.
2. Bahwa hidup adalah pertarungan.
:: Heigel Memimpin Pertarungan
Dalam samudera pertarungan, Heigel, salah seorang filosof mengatakan,
"Bahwa setiap masa memiliki peradaban, dan peradaban ini kokoh lewat
pertarungan melawan nilai-nilai sebelumnya. Nilai-nilai itu jatuh di tengah jalan,
sedangkan yang tetap bertahan bergabung bersama peradaban baru. Kemudian
jika masa dan peradaban tersebut sudah tua, akan lahir kelompok dan pemikiran
baru yang kontradiktif dan melanjutkan pertarungan sehingga melahirkan
peradaban baru untuk zaman yang baru."
Filosofi inilah yang menjadi tulang punggung alfikru al ghorbiy
(pemikiran Barat). Secara singkat, ia mengandung arti bahwa tidak ada sesuatu
yang bernilai di masa lalu yang dapat dijadikan petunjuk di dalam kehidupan.
Artinya, tidak ada kesempatan —dalam pandangan teori ini— untuk menunggu
atau mencari hidayah agama-agama, karena agama telah berlalu sekian abad
lamanya.
Teori Darwin
Sedangkan Darwin memandang bahwa kehidupan adalah medan
pertarungan antara yang kuat melawan yang lemah. Bahwa yang kuat akan
menang dan bertahan karena ia berhak hidup, sedangkan yang lemah akan
mati karena dengan kelemahannya ia tidak berhak hidup. Teori ini diterapkan
oleh penjajah di seluruh negeri jajahan mereka, bahkan hingga pemikir-pemikir
dan penulis-penulis mereka menegaskan bahwa kaum kulit berwarna tidak
berhak hidup kecuali sebagai "jongos" bagi "tuan-tuan" kulit putih.
Di bawah teori inilah hancurnya nilai-nilai dan akhlak yang diajarkan
agama-agama, terutama Islam yang telah meninggikan dan membuktikan
syi'arnya yang adil sepanjang sejarah.
:: Marx dan Pertarungan
Kari Marx tidak menambah teori konflik ini kecuali hanya membatasi
konflik pada "konflik golongan (antar kelas)" dalam meraih tujuan materi.
Sejauhmana ketajaman konflik berlangsung dan seberapa banyak darah yang
mengalir, sebesar itu pula kedahsyatan dan kepentingan berlangsungnya revolusi
kemanusiaan.
Inilah garis-garis besar filsafat peradaban Barat yang dibawa oleh para
pemikir Eropa pada saat tentara mereka menguasai negeri-negeri Islam.
Dunia Islam menjadi sasaran penjajahan asing yang menginginkan
bukan hanya penjajahan militer yang pasti berakhir cepat atau lambat, tetapi
juga bentuk-bentuk penjajahan yang lain. Oleh karena itu berlangsunglah konfrensi-
konfrensi yang diikuti para petinggi militer yang berpengalaman beserta
para ahli perencanaan strategi, pendidikan dan perundang-undangan, dan
propagandis. Berjalanlah para propaganda peradaban Barat di samping pasukan
perang, dan ketika pasukan perang meninggalkan dunia Islam setelah separuh
abad atau lebih, mereka meninggalkan problematika lain bagi ummat Islam.
Para penjajah telah berhasil menggantikan nilai-nilai setempat dengan nilainilai
penjajah, dan menganggap serta mengatakan kepada kita bahwa kedatangan
mereka untuk memakmurkan negeri, bahwa mereka adalah kawan baik.
Lalu apa yang telah dilakukan oleh "kawan baik" ini?
:: Di Bidang Politik
Politik penjajah berdiri di atas:
1. Politik Pecah Belah (At-Taj^i-ah).
Usaha pertama yang dilakukan penjajah terhadap dunia Islam adalah
membaginya menjadi bagian-bagian atau negeri-negeri kecil. Langkah awal
mereka adalah membuat bangsa Arab "dengan senang hati" memberontak
terhadap Turki Utsmani dengan alasan mereka lebih berhak memegang
khilafah, dan menjanjikan mereka dengan terbentuknya Imperium Arab yang
menyatukan seluruh bangsa Arab, jika mereka mau melakukan pemberontakan.
Di antara hasil dari perang dunia pertama ini ialah Turki Utsmani terkepung
dan terisolasi, sedangkan negeri-negeri Arab terbagi menjadi lebih dari dua
puluh negara kecil. Perpecahan itu berlangsung hingga kini tidak hanya dalam
batas teritorial, tapi juga perpecahan dalam mencapai kepentingan. Penjajah
telah meninggalkan luka perpecahan yang tetap berlangsung dan mudah
menganga kembali ketika terlihat mulai sembuh. Yang aneh justru Inggris
menyatukan India ketika menjajahnya, dan sebaliknya memecah belah negeri
Islam yang tadinya bersatu.
2. Sekularisme {Al-I^aadiimyyah)
Pena-pena eksternal dan internal ummat Islam mulai menjajakah
peradaban sekuler: ada Kook Alab di Turki, Thoha Husein dan Qosim Amin
serta 'Ali Abdur Raziq di Mesir, Ahmad Khan di India, dan lain-lain, yang
awalnya masih malu-malu menulis bahwa agama hanyalah hubungan seseorang
dengan Tuhan-nya, tidak ada hubungan selain itu, jika ummat ingin meninggalkan
kebodohan dan keterbelakangannya maka ia harus melewati fase agama
(fase penuh khurafat) menuju fase ilmu dan materi atau uji coba ilmiyah. Jika
seseorang ingin melaksanakan sholat dan berdo'a, maka itu adalah urusan
pribadinya, di luar itu tidak ada peran agama baik di bidang politik, ekonomi,
sosial, ilmu pengetahuan, sastra, seni, dan akhlak.
3. Nasionalisme {Al-Qowmiyyah IAi-Unshuriyyab)
Nasionalisme yang mereka sebarkan di negeri kita ialah nasionalisme
sekuler. Telah terjadi kesepakatan antara Asy-Syarif Husein dengan Inggris
dalam surat-suratnya bahwa negara Arab yang dicita-citakan adalah negara
nasionalis, bukan agamis. Dan, nasionalisme yang lepas dari nilai-nilai Islam
akan mencari syi'ar-syi'ar dan simbol-simbol lain untuk menyatukan rakyatnya,
maka di Mesir ada Fir'aunisme, di Syiria ada Al-Aasyuriyyah. Kemudian jadilah
setiap daerah memiliki simbol-simbol khusus seperti Libanon, Yordania, Syiria,
yang masing-masing merasa memiliki peradaban sendiri.
4. Demokrasi Palsu (Ad-Diimoqroothiyyah Al-mu^ayyafah)
Yaitu hukum rakyat untuk rakyat sebagai uslub/cara pemerintahan.
Barat telah berhasil sampai batas tertentu merealisasikan sistem ini, dan manusia
telah mencapai kebebasan yang cukup banyak di bawah naungannya. Sedangkan
Dunia Ketiga atas nama demokratisasi mengalami banyak penindasan, dan di
bawah nama demokrasi berdirilah lembaga-lembaga yang justru merendahkan
kemerdekaan manusia.
:: Di Bidang Perundang-undangan
Bidang perundang-undangan adalah bidang yang paling dicermati oleh
penjajah. Mereka tidak akan meninggalkan daerah jajahan kecuali jika telah
yakin bahwa penduduknya siap memberlakukan undang-undang sekuler (Barat),
sebagai ganti syari'at Islam.
Dalam peringatan lima puluh tahun Perjanjian Lousanne, televisi Turki
mewawancarai Ismat Anino (utusan Turki pada perjanjian tersebut). Ketika
televisi menanyakan tentang perjanjian yang telah berlalu 50 tahun itu, ia
mengatakan: "Barat telah menyetujui tuntutan kemerdekaan kita (Turki) dan
menarik pasukannya dengan syarat-syarat. Syarat yang paling penting adalah
penghapusan khilafah, menyingkirkan seluruh keluarga Utsman dari Turki,
dan mengganti syari'at Islam dengan undang-undang Eropa. Mereka juga mengharuskan
pengiriman utusan khusus mereka untuk mengawasi pelaksanaan
syarat yang terakhir".
Seluruh negeri-negeri muslim yang telah meraih kemerdekaan secara
politis telah menyingkirkan syari'at Islam dan menggantikannya dengan
undang-undang Barat, dan penerapan syari'at hanya terbatas pada urusanurusan
pribadi, bahkan akhirnya itupun tidak diberlakukan lagi.
"Undang-undang memiliki hubungan erat dengan akhlak masyarakat.
Apabila manusia menetapkan suatu undang-undang, pasti di balik itu ada filosofi
perilaku kemasyarakatan, dan masyarakat pasti akan diarahkan untuk hidup
sesuai filosofi tersebut. Demikian juga jika manusia menghapus sebuah undangundang,
berarti ia menghapus konsep akhlak dan filosofi kemasyarakatannya
yang menjadi landasan undang-undang tersebut. Maka tatkala penjajah menghapus
syari'at Islam dan menggantinya dengan undang-undang mereka, hal
itu tidak berarti sebuah undang-undang telah digantikan oleh undang-undang
lain saja, tetapi juga berarti bahwa di negeri itu sistem akhlak dan kemasyarakatan
telah dihapus dengan sistem yang lain." 2
:: Di Bidang Tsaqofah
Sejak meletakkan kakinya di negeri muslim, penjajah telah berupaya
mengganti struktur bangunan kebudayaan masyarakat Islam. Mereka menghapus
sekolah-sekolah tradisionalnya, mengurangi harga universitas-universitas
Islam di mata masyarakat, dan mengecilkan kualitas alumnusnya. Sedangkan
mahasiswa-mahasiswa yang cerdas dikirim ke universitas-universitas Barat, kemudian
lulus dengan membawa tsaqofah dan pemikiran Barat dalam kehidupan.
Saat ini, meskipun telah berlalu hampir satu abad, lembaga-lembaga pendidikan
di negeri kita, juga para pelajar dan mahasiswa yang merupakan cadangan
masa depan bangsa, masih tetap melahap budaya Barat, dan pemikirannya di
bidang hukum, ekonomi, sosial, sejarah, dan pandangan manusia terhadap
alam dan kehidupan. Dan, tokoh-tokoh pemikir Barat sering menyatakan bahwa
mereka lebih mengandalkan lembaga pendidikan (untuk kepentingan mereka)
daripada pasukan perang.
Dalam ceramahnya pada peringatan Hari Kemerdekaan Turki,
Pemimpin Partai Refah, Prof. Dr. Najmuddin Arbakan mengatakan: "Sungguh
bangsa kita telah mengalahkan pasukan Yunani dan mengusirnya dari negeri
2 Waaqi' al-muslimiin wa sabiil an-nuhuudhi bihim (Realitas Ummat Islam dan Jalan Menuju
Kebangkitannya), Al-Maududi: hal. 177.
kita, dan kita selalu memperingati Hari Kemerdekaan ini sedap tahun. Tetapi,
kita harus tahu bahwa Yunani yang telah kita usir pasukannya, pemikirannya
masih dipelajari oleh para mahasiswa kita di kampus-kampus, dengan
menganggapnya sebagai ideologi yang paling tinggi dan agung. Ummat harus
tahu bahwa kemerdekaan hakiki adalah keluarnya tentara Yunani, ideologi,
dan budaya mereka sekaligus dari negeri kita."
:: Di Bidang Ekonomi
Kita dapat melihat dan menganalisa kondisi ekonomi negeri-negeri
muslim di era penjajahan dengan cara yang sama, bagaimana mereka mampu
mengubah sistem perekonomian masyarakat hingga sesuai dengan kepentingan
mereka. Tangan-tangan penjajah menjadi kuat di negeri-negeri kita dengan
atau tanpa kehendak kita. Masalah hutang negara-negara ketiga dan ketidakmampuan
membayarnya atau bahkan membayar bunganya, adalah bentuk penjajahan
baru yang mereka ciptakan untuk menjadikan negara-negara tersebut
tergantung kepada mereka. Kekayaan yang dimiliki Dunia ketiga hanyalah
angka-angka yang dititipkan kepada mereka tanpa mampu dimanfaatkan
sedikitpun, "Sang Tuan lebih berhak menggunakannya."
Demikian pula dengan kekayaan alam strategis milik Dunia Ketiga
seperti minyak, atau lainnya, menjadi hak mereka untuk memanfaatkannya
dan menumpuk kekayaannya. Tidak ada peran pemilik sahnya kecuali menjaganya,
dan bagian kecil keuntungannya. Tanah di bumi ini telah menjadi
kotak catur oleh Tatanan Dunia Baru yang dimainkan oleh Amerika.
:: Di Bidang Sosial
Demikian pula kondisi sosial terutama masalah wanita. Mereka
berupaya agar masalah yang ada keluar dari proporsi yang sebenarnya, dan
menafsirkannya dengan tafsiran yang bukan sebenarnya. Sangat disayangkan
bahwa ummat Islam mengekor di belakang orang-orang Barat dalam kehidupan
sosial mereka selangkah demi selangkah.
:: Siapa yang Akan Mengembalikan Bangunan yang Hilang?
Tidak hanya sampai di situ, ummat Islam sampai pada tingkat "mengingkari"
akhlak dan kepribadian islami serta mencoba meminjam kepribadian
yang lain. Tidak diragukan lagi hal ini merupakan kekalahan dari dalam, di
samping kekalahan lain di seluruh sektor kehidupan. Asy-Syakhshiyyah Al-
Islamiyyah telah hilang, dibutuhkan orang-orang yang mampu mengembalikan
bangunannya ke setiap individu muslim.
r
:::PROBLEMATIKA UMMAT:::
■ Pertarungan antara gereja dan para tokoh pencerahan
(ilmuwan) menyebabkan munculnya sekularisme di Barat.
• Hal itu membawa pengaruh besar dalam mengarahkan peradaban
Barat, hingga menjadikan agama sebatas hubungan
individu dengan Tuhannya, menimbulkan peradaban materialisme
yang yang mengingkari Tuhan, dan menghancurkan
nilai-nilai akhlak.
• Para penganjur peradaban Barat membawa filsafat peradabannya
kepada ummat Islam saat mereka menjajah ummat,
dengan menyertakan para pakar strategi, pendidikan,
undang-undang, dan propaganda, dalam rangka menghancurkan
semangat ummat.
::: Pengaruh Penjajahan Terhadap Negeri-negeri Islam :::
1. Politik: Pecah-belah, Sekularisme, Fanatisme, Demokrasi
Palsu.
2. Undang-Undang: Mengganti Syari'at Islam dengan Undangundang
Barat.
3. Budaya: Memerangi Sekolah dan Perguruan Tinggi Islam,
Mengganti Metode Islam dengan Metode Barat, Menyiapkan
Para Pelajar Berprestasi di Perguruan Tinggi Barat sebagai
Propagandis Peradaban Barat.
4. Ekonomi: Menguasai dan Menghisap Kekayaan Ummat,
Menenggelamkan Dunia Ketiga dengan Hutang, Menghalangi
Ummat dari Teknologi, Tatanan Dunia Baru dan Penguasaan
Perusahaan Raksasa Atas Kekayaan Bangsa-bangsa.
5. Sosial: Memunculkan Pertentangan Antara Laki-laki dan
Perempuan, Memunculkan Pertarungan Antar Kelas di
Masyarakat.
UMMAT MENANTIKAN SIAPA YANG AKAN
MENGEMBALIKAN BANGUNANNYA KEMBALI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to Feed